Senin, 09 Januari 2012

"Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat"

kisah ini hanya inspiransi bagi kita semua...

dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja. Pak Suyatno (bukan nama sebenarnya), 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit, istrinya bahkan sudah tua, mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.

mereka dikarunia 4 orang anak, disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan, itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah, bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya, sorenya dia pulang dan memandikan istrinya, menggantikan pakaian dan setelah menjelang sore dia temani istrinya nonton TV sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. rutinitas ini dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.

pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orangtua mereka sambil menjenguk ibunya. karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu ... semua anaknya berhasil.

dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata, "pak.. kami ingin sekali merawat ibu. semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.. bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu."
dengan air mata berlinang, anak itu melanjutkan kata-katanya, "sudah yang ke empat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian..."

pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya, "anak-anakku,,, jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah... tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian disampingku, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian...kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaan seperti ini? kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dalam keadaan sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih di berikan Tuhan kesehatan, dirawat oleh orang lain, bagaimana ibumu yang masih sakit?"

sejenak meledaklah tangisan anak-anak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibunya... dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu...

sampailah akhirnya pak Suyatno oleh salah satu stasiun TV swasta diminta untuk menjadi narasumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat sendiri istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa...
disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuan, tidak sanggup menahan haru, disitulah pak Suyatno bercerita.

"jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran dan perhatian) adalah kesia-siaan. saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat, diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. dan itupun ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar